Kita sering
membangga-banggakan harta yang kita miliki. Mengagung-agungkan
kecantikan, ketampanan serta kesempurnaan tubuh. Mabuk pujian dan
sorotan karena popularitas kita. Merasa hebat dengan banyaknya
penghargaan yang dianugerahkan kepada kita. Meras jago karena jabatan
kita sangat berpengaruh. Merasa sukses karena perusahaan kita banyak dan
mempekerjakan ribuan orang. Merasa enak karena semua keinginan mudah
diwujudkan, cukup angkat telepon atau suruh bawahan Merasa dunia benar-benar
kita taklukkan. Sedikit rasa kesombongan membuncah mengisi dada kita.
Perasaan yang membuat iblis terpental dari surga yang nyaman.
Diantara semua
kemegahan, kemewahan. kemudahan dan kenyamanan hidup yang kita alami,hanya 3
hal yang betul-betul milik kita. Betul-betul menjadi rezeki kita. Hakikatnya
hanya 3 harta yang kita miliki.
Rezeki
yang sebenarnya milik kita adalah :
# NOMOR SATU
Apa yang kita makan
Apa yang kita makan saat ini itulah rezeki kita. Rezeki berupa makanan yang
masuk dalam tubuh, membentuk sel-sel tubuh, membangun tulang dan mengganti
organ tubuh yang rusak. Makanan memberi tubuh kita energi untuk bergerak,
beraktivitas termasuk beribadah padanya. Makanan yang menjadi rezeki kita dalah
makanan yang sedang kita makan dan masuk ke dalam mulut kita. Makanan yang
belum masuk ke dalam mulut kita bisa saja bukan rezeki kita. Misalnya ketika
kita sedang berhadapan dengan makanan, tiba-tiba makanan itu tumpah, maka bukan
rezeki kita untuk memakannya.
Makanan yang berada di kulkas, di toko makanan,
restoran, meskipun kita mampu membeli semuanya, tapi sepanjang belum masuk ke
mulut kita, berarti bukan rezeki. Kita boleh kaya, punya duit banyak, mampu
membeli seluruh restoran tapi rezeki kita sama saja dengan orang miskin yang
duitnya hanya cukup membeli sebungkus nasi.Rezeki
kita adalah apa yang kita makan hari itu. Makanan yang dimakan nantinya juga
harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Apakah kita makan makanan yang
baik-baik? Baik sumbernya,
halal prosesnya dan dimakan dengan melibatkan Allah di dalamnya? Makan tidak
berlebihan-lebihan, sesuai kebutuhan tubuh. Memberi rezeki tubuh berupa makanan
yang menyehatkannya.
Makan terlalu banyak garam bisa terkenan
hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi Kebanyakan makan manis bisa
berakibat penyakit diabetes atau kencing manis. Kebanyakan makanan berlemak
bisa menyebabkan serangan jantung.
Jangan menyiksa tubuh dengan makanan yang tidak
sehat. Karena itu sama saja kita tidak bersyukur atas tubuh sehat sempurna yang
dianugerahkan Allah pada kita. Kita tidak menjaganya dengan baik. Kita
menzalimi tubuh kita sendiri. Apa kita miskin atau kaya rezeki kita sama saja,
apa bisa makan hari ini? Itulah rezeki kita.
# NOMOR DUA
Apa yang kita pakai
Kita boleh punya 3
lemari pakaian yang isinya pakaian kita dalam berbagai model, gaya, untuk
berbagai macam acara. Tapi yang bisa kita pakai hanya satu kan? Sepatu boleh
ratusan pasang tapi yang dipakai cuma satu saja. Begitu juga dengan tas dari
berbagai merek terkenal terkoleksi dengan rapi dalam lemari kita, tapi hanya
satu yang bisa kita kenakan menemani kita kemana-mana.
Artinya jika orang miskin memakai baju lusuh dan hanya sepasang yang
dimilikinya, lalu apa bedanya dengan kita? Kita toh juga memakai baju, yang
hanya bisa sepasang, tidak lebih, Tidak mungkin kita pakai baju kita yang banyak
itu bertumpuk-tumpuk agar orang lain tahu kalau kita punya baju yang banyak.
Miskin dan kaya sama saja, karena rezeki kita
adalah baju yang kita kenakan saat ini, yang hanya sepasang.
# NOMOR TIGA
Apa yang kita sedekahkan
Makanan dan pakaian,
serta uang yang banyak kita punya itu akan menjadi rezeki tambahan jika kita
sedekahkan. Baju yang banyak, tidak terpakai dan hanya bertumpuk dalam lemari
tidak akan memberi kita tambahan apa-apa, kecuali menambah ongkos perawatannya.
Makanan yang bisa kita beli sampai 200 piring tapi hanya bisa kita habiskan dua
piring saja akan jauh lebih bermanfaat jika kita sedekahkan kepada 198 orang
yang lapar. Uang kita yang banyak di bank akan digerogoti bunga dan inflasi
yang terus meningkat, membuat nilainya semakin menurun. Mengapa tidak kita
tarik saja dan sedekahkan pada orang-orang yang membutuhkannya.
Mengapa kita begitu egois. Menumpuk makanan sampai jadi penyakit. Menimbun baju sampai menenggelamkan
kita dalam lemari karena susah mencarinya. Membanyakkan uang di bank sampai
meninggal dan melupakan beramal dengannya.
Kalau tubuh kita yang
sempurna terawat, senantiasa di beri makanan enak dan pakaian mahal yang
berkelas nantinya akan dimakan cacing juga setelah mati. Yang tertinggal hanya
sisa sedekah saja. Kalau kita lupa bersedekah selama hidup maka bangkrutlah
kita. Menjadi orang paling celaka sedunia. Punya sumberdaya untuk menambah
pundi-pundi amal tapi tidak dilakukan. Jadi mengapa kita harus sombong?
Rezeki yang kita miliki sama saja dengan yang
miskin? Mereka makan kita juga makan.
Mereka berpakaian sepasang kita juga hanya bisa
memakai sepasang dari ribuan lembar lainnya di lemari. Jika si miskin sedekah
maka dia lebih berarti sedekahnya dibanding kita. Sedekah dalam keterbatasan
jauh lebih mulia dibanding sedekah saat lapang.
Tapi setidaknya beri rezeki diri yang akan
membantunya menghadapi pengadilan Allah di akhirat nanti. Wallahu alam
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين