SOLUSI CERDAS PUTRA - PUTRI ANDA UNTUK MENGGAPAI CITA - CITA

Senin, 01 Agustus 2016

Mengasah Konsentrasi Pada Anak

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

konsentrasi1.jpgPosted : 02-08-2016
Bila kendala sulit berkonsentrasi tak segera ditangani, efeknya bisa berlanjut di usia sekolah.
P
agi itu kegiatan di sekolah adalah mewarnai. Bertempat di halaman, anak–anak menggelar meja kecil. Mereka membawa krayon sendiri. Begitu kertas bergambar dibagikan, masing–masing anak segera membuka kotak krayon lalu mengerjakan tugasnya. Tak seperti teman–teman lain yang sibuk menggoreskan krayon, Andi tampak “gelisah”. Beberapa saat ia mencoba mewarnai gambar, tapi kemudian menoleh kiri–kanan dan teman dibelakangnya. Usia itu, perhatiannya kembali ke kertas gambarnya, mencoba mewarnai. Tapi beberapa menit selanjutnya kembali tampak gelisah. Ada apa gerangan?

Yang dialami Andi kemungkinan adalah kurang mampu berkonsentrasi. Konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan atau mempertahankan perhatian pada sesuatu hal dalam rentang waktu tertentu. Nah, untuk mengetahui seberapa lama rentang waktu kemampuan konsentrasi seseorang, rumusnya adalah 3–5 menit dikalikan usia. Jadi, pada anak usia 4 tahun, misal, kemampuan berkonsentrasi idealnya adalah 12–20 menit. Anak yang mencapai batas minimal rentang waktu tersebut (12 menit) boleh dibilang kurang bisa berkonsentrasi.
EKSTERNAL DAN INTERNAL
Secara umum, ada dua faktor penyebab sehingga si usia prasekolah kurang memiliki kemampuan dalam mempertahankan perhatian untuk jangka waktu tertentu.
1.     Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar/lingkungan. Ada beberapa kemungkinan, misalnya ketika sedang melakukan aktivitas mewarnai di rumah, ia diganggu adiknya, atau konsentrasinya terpecah oleh suara–suara, baik itu  bersumber dari radio maupun TV, dan sebagainya. Alhasil, konsentrasinya ikut terganggu.
2. Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri anak sendiri. Ada beberapa kemungkinan, diantaranya :
·        Pada saat itu anak sedang lelah, lapar atau mengantuk sehingga kurang bisa berkonsentrasi pada apa yang dilakukannya.
·      Anak tak menyukai atau bosan dengan kegiatan tersebut sehingga berusaha mencari sesuatu yang lebih menarik.
·        Anak sedang sakit. Kondisi tidak fit bisa memengaruhi tingkat konsentrasinya.
·        Anak sedang menjalani pengobatan. Beberapa obat memiliki efek samping mengantuk.
NORMAL ATAU TIDAK?
Nah, hal–hal yang disebutkan diatas adalah kendala kemampuan berkonsentrasi dalam koridor anak yang normal sehingga tentu bukan sesuatu masalah yang cukup serius. Berbeda dari kendala berkonsentrasi yang sudah masuk kategori gangguan, seperti pada anak–anak yang mengalami hiperaktif, mereka cenderung sulit memusatkan perhatian dan berkonsentrasi.
Meski bukan gangguan serius, akan tetapi kurang konsentrasi ini tak boleh dibiarkan berlarut–larut. Tanpa penanganan apa pun, masalah ini bisa menetap sampai usia selanjutnya dan semakin sulit untuk ditangani. Ketika anak memasuki sekolah dasar, ia akan mengalami kesulitan terkait dengan cara pembelajarannya yang berbeda dari ketika TK.
Saat di SD anak makin dituntut untuk bisa berkonsentrasi. Dalam posisi “duduk manis”, murid SD diminta menyimak penjelasan guru, lalu menulis atau mengerjakan tugas dalam rentang waktu yang lebih panjang. Tugas–tugas atau PR tentunya juga membutuhkan tingkat konsentrasi lebih.
Bila kendala berkonsentrasi di usia prasekolah tidak tertangani, bisa dibayangkan bagaimana kendala–kendala yang mungkin terjadi di usia sekolah, bukan? Tugas–tugas yang diemban sekolah bisa terbengkalai, tidak terselesaikan, bahkan efek lain dari sulit berkonsentrasi adalah anak menjadi seperti “pelupa” benda–benda miliknya sering ketinggalan bahkan hilang lantaran rentang perhatiannya yang kurang, pikirannya bercabang, tidak bisa fokus, serta tidak memerhatikan hal–hal secara detail. 
TANDA KURANG KONSENTRASI
Apa ciri–ciri anak kurang memiliki konsentrasi? Berikut diantaranya :
·        Perhatikan berapa lama rentang konsentrasi yang sanggup ia penuhi. Rentang konsentrasi anak 4 tahun sekitar 12 menit dan si 5 tahun minimal 15 menit. Bila kurang dari waktu tersebut, meski tak perlu terlalu dikhawatirkan namun tetap perlu diwaspadai. Ketahui faktor penyebabnya, apakah eksternal atau internal.
·        Perhatikan juga apakah ia sering gonta–ganti alat permainan dalam rentang waktu yang singkat. Selain karena permainan itu tak menarik perhatian, ada kemungkinan ia memang kurang dapat berkonsentrasi dengan kegiatannya.
·        Ketika anak diajak bicara, perhatikanlah, apakah ia dapat memusatkan perhatian pada apa yang kita ucapkan. Kemudian coba beri instruksi, apakah ia mampu mengikutinya.
·        Perhatikan apakah memang ia tergolong anak yang cenderung tak bisa diam, banyak melakukan aktivitas fisik, punya minat yang banyak, sehingga memang tak tahan kalau harus berdiam dalam waktu tertentu.
·      Ingatlah, setiap anak memiliki gaya belajar tersendiri, ada yang audio, visual, kinestetik, dan lainnya. Mungkin saja anak sebetulnya memiliki gaya belajar kinestetik sehingga ketika diminta duduk manis dan mendengarkan penjelasan guru, ia selalu tampak “gelisah”.
STIMULASI BERKONSENTRASI
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua maupun pihak sekolah agar anak bisa berkonsentrasi.
Di rumah :
·         Mengkondisikan area bermain atau area belajar anak. Umpama, ketika anak bermain/belajar, hindari hal–hal yang dapat menganggu konsentrasinya, seperti suara teve.
·        Ajak anak melakukan rutinitas. Jam berapa ia bermain, jam berapa harus “belajar”, dan lainnya. Rutinitas secara otomatis akan membuatnya belajar berkonsentrasi atas apa yang dilakukannya.
·     Beri  permainan  yang  intruktif. Misal, bermain mengikuti gerakan yang kita lakukan, “Mana telinga? Mana hidung? Mana rambut?” Buatlah sedemikian rupa agar apa yang kita peragakan tak sesuai dengan yang kita katakan. Saat kita katakan “Mana hidung?” Namun kita memegang rambut, misal.
·   Pasel atau kegiatan mewarnai gambar juga dapat mengasah kemampuan konsentrasi si usia prasekolah. Sementara kegiatan nonton teve perlu dibatasi karena sifatnya yang membuat anak pasif.
·    Kombinasikan waktu antara istirahat, bermain, dan “belajar” sehingga anak memiliki waktu mengistirahatkan pikirannya dan bisa kembali fokus.
Di sekolah :
·         Memperhatikan rasio guru dan anak. Idealnya guru menangani 10 anak sehingga murid bisa terperhatikan dan guru dapat benar–benar mengamati apakah murid bisa berkonsentrasi pada pelajaran di kelas atau tidak. Jumlah murid diatas 15 dalam satu kelas umumnya membuat guru kesulitan dalam memberi perhatian yang optimal.
·   Perhatikan jenis kegiatan murid. Hindari pembelajaran satu arah, tetapi ajak anak untuk melakukan beragam aktivitas. Selain mengasah konsentrasi, juga aspek–aspek perkembangan seperti motorik halus dan kasar, dan lainnya.
·     Atur kegiatan dalam rentang waktu tertentu, misalnya mendengarkan instruksi guru 3 menit, selanjutnya aktivitas 10 menit, setelah itu dilakukan beragam kegiatan.
Sekali lagi, anak–anak prasekolah memang masih memiliki rentang konsentrasi yang relatif singkat ketimbang orang dewasa. Jadi, wajar saja bila ia sedikit kurang konsentrasi dan umumnya dapat distimulasi dengan langkah–langkah di atas. Namun bila rentang konsentrasi anak dicurigai amat rendah, mengonsultasikan kondisinya pada ahli tentu merupakan langkah yang amat bijak. (Nakita)

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

0 komentar:

Posting Komentar