Posted: 17-06-2016
Les private sekarang menjamur dimana-mana. Trend semua anak harus ikut Les Private
supaya nilainya bagus di sekolah ataupun bila nilainya jelek, bisa naik kelas.
Les Private ini harusnya tidak diperlukan apabila si anak dapat nilai bagus di
sekolah yakni 70 ke atas ataupun di atas nilai KKM, apabila si anak bisa handle
belajar sendiri. Namun apabila pas di nilai KKM, perlunya si anak ikut Les Private, agar bisa naik kelas. Ada orang tua murid
yang berasal dari IPEKA International School sharing “Mr Akong, Saya lihat di
Indonesia, kecenderungannya akan sama dengan di Singapore ataupun Australia,
karena sekarang kalau anak tidak Les Private, maka nilainya akan jelek / di
bawah KKM. Sehingga terkadang si anak akan memiliki jam belajar lebih lama di
tempat les daripada di sekolah”, kata orang tua murid yang memang pernah
tinggal dan sekolah di Singapore dan Australia. Selain itu motivasi lain
orang-orang ikut Les Private yakni meskipun orang tersebut memiliki nilai yang
sudah bagus, ingin menaikkan ranking sekolahnya, ataupun ingin mengambil
beasiswa, ataupun ingin lolos tes masuk perguruan tinggi atau sekolah terkenal,
atau motivasi ingin belajar bahasa asing, persiapan sekolah / kuliah di luar
negeri, dan masih banyak lagi.
Ketidakberdayaan guru sekolah dalam
mendidik anak adalah salah satu indikasi bahwa seluruh murid di kelas nilainya
hancur semua. Hal ini bukan salah murid. Namun salah guru, yang tidak bisa
mentransfer ilmunya dengan benar sehingga si murid tidak mengerti. Dan
terpenting kontrol dari kepala sekolah ke guru biasanya kurang monitor, karena
biasanya kepala sekolah banyak duduk di kantor, jarang kontrol.
Guru
Sekolah Malah Menganjurkan Les Private!
Ada orang tua yang anaknya sekolah di
Binus International yang curhat berkata bahwa orang tua tersebut dianjurkan
guru Binus International untuk segera ambil Les Private ketika pertemuan orang
tua-guru. Sebenarnya alangkah malunya harusnya guru tersebut menganjurkan untuk
ikut les private, tanpa adanya kerja nyata dari si guru tersebut untuk membantu
sekuat tenaga agar si murid nilainya bisa bagus. Mungkin bisa saja, guru
tersebut lebih fokus kasih perhatian ke murid tersebut dalam mengajar. Atau
bisa memberikan jam tambahan pelajaran, setelah pulang sekolah, yang
diselenggarakan di sekolah. Malahan Guru Binus tersebut memberikan referensi
guru Les Private yang dipercaya dapat menaikkan nilai si anak tersebut.
Pelimpahan ke pihak ketiga tersebut menunjukkan ketidakmampuan sistem pendidikan
yang diterapkan sekolah tersebut, sehingga diperlukan outsourcing, yang
seharusnya Guru Les Private dicari sendiri oleh orangtua tanpa campur tangan
guru sekolah.
Entah, “mungkin” mulai maraknya channel
komisi antara guru dengan guru Les Private tersebut dengan peluang membocorkan
soal yang bakal keluar di ulangan. Seperti diketahui sekarang banyak sekolah
yang tidak memperbolehkan guru sekolahnya memberikan les kepada siswanya,
karena banyak indikasi kecurangan, bocoran soal ulangan, bahkan bisa menyogok
secara langsung. Sehingga sekarang banyak kecenderungan sistem referensi,
dimana guru akan referensikan guru Les Private ke orang tua murid, dimana soal
ulangan dengan mudah didistribusikan kepada pihak ketiga. Suatu bisnis yang
sangat bagus dan simbiosis mutualisme.
Tindakan demikian bukanlah solusi untuk
membantu siswa tersebut, malah pembodohan. Bocoran soal ok bisa membantu hanya
pada saat itu, namun si siswa otaknya kosong, karena tidak diisi ilmu
sebenarnya. Harusnya si siswa bisa mengerti secara detail yang dipelajari,
sehingga kalau soal dibolak-balik akan mudah mengerjakannya.
Bagaimanapun juga, dengan cara curang
tersebut nanti akan juga terukur ketika adanya tes Ujian Nasional ataupun Ujian
Cambridge Exam atau IB Exam, dimana Les Private yang sifatnya curang tersebut
tidaklah mampu membantu siswa tersebut.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
0 komentar:
Posting Komentar